Tuesday, September 11, 2012

Kontroversi Ilmuwan Seksi Berebut Mahkota "Ratu"

HOTSPOTSONE -- Perempuan-perempuan ini punya gabungan kelebihan yang nyaris tak masuk akal, tampang menarik, tubuh seksi, dan otak super-encer. Salah satunya Erika Ebbel Angle.

Anak-anak di studio akan berteriak, "Oooooh!" saat ia tampil dengan mahkota Miss Massachusetts dalam pengambilan gambar untuk acara televisinya. Namun lebih dari sekedar tiara untuk mendeskripsikan Angle: dia lulusan universitas paling bergengsi Massachusetts Institute of Technology (MIT), mendapat gelar Ph.D dalam bidang biokimia dari Boston University.

Tak sampai di situ, ia adalah pendiri organisasi nirlaba Science from Scientist, pembawa acara televisi tentang sains, dan sedang mempersiapkan diri masuk dunia wirausaha dengan memulai bisnis bidang bioteknologi miliknya.

Kombinasi kecantikan dan otak, yang jarang ditemukan di Hollywood menjadi daya tarik acara, "The Dr Erika Show", mampu membuat para gadis cilik yang melihat mahkota ratu kecantikan berpadu dengan jas laboratorium, berkata, "aku ingin jadi putri ilmuwan".

"Ilmu membawa stigma, jika Anda ilmuwan perempuan, maka Anda tidak punya ketertarikan pada hal lain. Anda akan digambarkan memakai celana yang menyerap keringat, tidak peduli dengan penampilan atau memelihara tubuh," kata Ebbel Angle.

(Foto: Ebbel Angle, ilmuwan sekaligus pemegang gelar Miss Massachusetts)


Tak hanya Angle yang mencoba melawan stereotipe kaku dan culun para ilmuwan. Di Jepang, muncul kontes ratu kecantikan, "Miss Rikei Contest", panitianya adalah kelompok mahasiswa dan dijadwalkan digelar 12 September 2012 mendatang.

Enam finalis dipilih dari sekian banyak mahasiswi dan peneliti dari universitas di Jepang. Pemenangnya akan ditentukan berdasarkan sejumlah kriteria: kecantikan, kecerdasan, dan kontribusi untuk mendongkrak citra ilmu pengetahuan. Oh ya, "Rikei" berarti ilmu pengetahuan dalam Bahasa Jepang.

(Foto: Ryoko Suwa, ahli biologi kontestan Miss Rikei Contest)


Dibandingkan dengan acara Angle, kontes ratu-ratuan ini mendapat reaksi lebih beragam. Kebanyakan minor.

Picu kontroversi

Kontes Miss Rikei mendapat tanggapan minor di antara para ilmuwan Amerika Serikat, jurnalis, dan pendidik, setelah Joanne Manaster, dosen University of Illinois, di Urbana-Champaign, memperingatkan pengikutnya di Twitter, untuk berhati-hati soal kontes itu.

"Dalam diskusi tentang kontes itu yang kutemukan, berisi banyak komentar yang semuanya dari kaum pria, yang bereaksi para perempuan cantik bukan pintar," kata Manaster, yang mantan model. "Ini sangat mengganggu orang-orang yang berkecimpung dalam ilmu pengetahuan, terutama ilmuwan perempuan yang ingin dianggap serius bekerja."

Penyelenggara Miss Rikei Contest belum mau berkomentar soal kontroversi itu, namun LiveScience mendapat komentar dua gadis Jepang yang mendapat gelar sarjana di bidang sains. Mereka mau bicara dalam kondisi anonim.

Sebut saja salah satunya Yukari, peneliti biologi di sebuah universitas di New York. Ia berpendapat, Miss Rikei Contest "dangkal". Ia pun menolak ide untuk menjadikan ilmu lebih feminin, dalam arti kata steorotipe.

Sementara, Rin, peneliti ilmu syaraf di sebuah universitas di New York memprediksi, kontes Miss Rikei tidak efektif untuk menarik minat gadis muda Jepang mengejar karir di bidang sains. "Ilmuwan perempuan yang berhasil melakukan hal besar dalam bidangnya, justru akan menjadi model hebat bagi para siswa," kata dia. "Ilmuwan tak harus seperti supermodel atau artis".

(Foto: Mariko Uchida, ahli matematika kontestan Miss Rikei Contest)


Benarkah seperti itu?

Berdasarkan penelitian yang dilakukan University of Illinois yang dimuat dalam jurnal, Social Psychological & Personality Science menyebut, model idola yang feminin akan berkontribusi menurunkan minat dan kemampuan gadis muda dalam bidang matematika. Tapi sebaliknya, profil kikuk, ilmuwan misalnya, juga menjauhkan minat perempuan dalam bidang sains, termasuk ilmu komputer.

Lalu, seperti apa model yang ideal? "Role model harus memberi contoh tentang seseorang yang bisa sukses di segala bidang, tidak membatasi mereka dengan imej steorotipe atau lainnya," kata peneliti, Diana Betz dan Denise Sekaquaptewa.

Sementara Ebbel Angle membela ide Miss Rikei, dan dengan hati-hati membedakannya dengan kontes kecantikan semacam Miss Universe dan Miss America.

"Yang bisa aku baca dari Miss Rikei, kontes semacam itu memberi perempuan untuk membuktikan, bahwa mereka punya otak dan kecantikan."

(Foto: Shiho Nakaoka, mahasiswa pascasarjana bidang kimia kontestan Miss Rikei Contest)

No comments:

Post a Comment